Sabtu, 24 Maret 2012

profesionalisme guru



2.1   Pengertian pembelajaran
               Belajar sering diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan kebiasaan serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
               Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar mengajar memang mempunyai peranan yang vital yaitu proses belajar mengajar yang dilakukan sangat menentukan siswa dalam mencapai keberhasilan suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting bagi guru untuk memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai-nilai sikap. (W.S. Winkel, 1987 : 36).
Belajar merupakan upaya yang disengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan maupun keterampilan. (Supandi, 1991 : 7)
Berdasarkan teori tersebut, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang baik berupa jasmani maupun rohani dikarenakan pengalaman.
2.2   Pendidikan jasmani
Menurut Garis-Garis Besar Program Pengajaran pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, dan membina siswa dan lingkungan agar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga mampu melaksanakan tugas dirinya sendiri dan pembangunan bangsa. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995 : 1).
Batasan pendidikan jasmani yang dilakukan oleh UNESCO dalam international charter of psycologi education of sport, menurut Abdulkadir Ateng (1975 : 30), pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun seorang anggota masyarakat yang melakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan pembentukan watak.
Menurut Rasjrop (1975 : 30) Pendidikan jasmani adalah suatu aspek dari pendidikan total, karena itu selalu berurusan dengan manusia secara integral. Pendidikan jasmani adalah pergaulan paedagogic dalam dunia gerak dan pengalaman jasmani. Sementara dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran, pengajaran disebutkan bahwa Pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional, yang serasi, selaras dan seimbang. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995 : 2).
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembangungan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur dengan cara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Pengalaman belajar yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan yang aman, efektif, dan efisien. (Departemen Pendidikan Nasional, 2004)

2.3   Pembelajaran pendidikan jasmani
Dalam proses belajar mengajar seorang guru memegang peranan penting yaitu memberikan bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan bantuan guru diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang akan diberikan. Menurut Nana Sujana (2000 : 29), Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan siswa dalam melakukan kegiatan belajar.
Pada dasarnya kegiatan mengajar itu seperangkat dari kegiatan yang direncanakan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang akan diberikan kepada orang yang ingin mendapatkan ilmu dan keterampilan dari orang yang mengajar.
2.3.1     Asas dan landasan pendidikan jasmani
Asas dan landasan pendidikan jasmani secara umum dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1.      Perkembangan fisik
Perkembangan fisik berhubungan dengan kemampuan melakukan aktifitas-aktifitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness)
2.      Perkembangan gerak
Perkembangan gerak berhubungan erat dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah dan sempurna.
3.      Perkembangan mental
Perkembangan mental berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginteraksikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani.
4.      Perkembangan sosial
Perkembangan sosial berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok / masyarakat. (Adang Suhendar, 2000 : 23)


2.3.2     Faktor-faktor dalam pencapaian tujuan dalam program pembelajaran
Menurut Nasidah (1992 : 46), ada beberapa faktor dalam menyusun perencanaan pengajaran. Faktor-faktor tersebut adalah :
1.      Ranah jasmani
Ranah yang merupakan sasaran untuk meningkatkan kemampuan berfungsi normalnya sistem-sistem yang ada dalam tubuh sehingga individu yang bersangkutan dapat memenuhi kebutuhan untuk menghadapi tuntutan lingkungan. Sasaran dari ranah ini adalah kekuatan (otot), daya tahan, fliksibilitas atau kelentukan.
2.      Ranah psikomotor
Ranah ini dimaksudkan untuk menggambarkan saran-saran yang berupa keterpaduan koordinasi antara sistem persyarafan dan sistem perototan untuk menghasilkan gerakan yang dinilai.
            Adapun rincian dari ranah ini adalah sebagai berikut :
a.    Kemampuan gerak perceptual, yaitu kemampuan menginterpretasi, merespon suatu stimulus (rangsang).
b.   Kemampuan gerak fundamental yaitu kemampuan gerak manipulative.
3.      Ranah kognitif
Ranah ini dimaksudkan untuk menggambarkan sasaran-sasaran yang bersifat intelektual dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan mengingat, memproses, dan mengambil keputusan secara jitu dan tepat. Ranah ini terdiri dari :
a.       Pengetahuan yaitu mengembangkan, memperluas, dan memperdalam pengetahuan.
b.      Kemampuan dan keterampilan intelektual
4.      Ranah afektif
Ranah ini untuk menggambarkan sasaran-sasaran yang berkenaan dengan pengembangan sikap dan pribadi anak didik untuk tetap langgeng dalam menyesuaikan diri dengan budaya dan lingkungan. Rincian untuk ranah afektif ini adalah sebagai berikut :
a.       Sikap merespon secara sehat terhadap aktivitas jasmani, yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
1)      Pengembangan reaksi positif
2)      Apresiasi terhadap pengalaman-pengalaman estetis
3)      Pengenalan potensi-potensi kegiatan
4)      Kemampuan untuk bisa menikmati aktivitas olahraga
5)      Menjadi penonton yang baik yang menghargai penampilan yang luar biasa dalam olahraga
b.      Perwujudan diri mencakup sasaran-sasaran, yaitu :
1)      Menyadari akan tubuh sendiri
2)      Pengetahuan tentang kemampuan-kemampuan apa yang dapat diterima orang lain
3)      Kemampuan untuk menentukan tingkat aspirasi

c.       Harga diri.
Yaitu persepsi diri yang merujuk pada keyakinan dasar individu secara utuh tentang dirinya atas dasar pengalaman-pengalaman yang lalu. (Nadisah, 1992 : 53-54).
2.3.3     Karakteristik pendidikan jasmani
  Karakteristik dari pendidikan jasmani Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
1.      Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas kesegaran jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan ketrampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan dan olahraga.
2.      Pendidikan jasmani menggunakan pendekatan interdisipliner, karena melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti anatomi, fisiologi, psikologi, sosiologi dan ilmu-ilmu yang lain. Pendukung utama pendidikan jasmani adalah ilmu keolahragaan yang mencakup filsafat olahraga, sejarah olahraga, pedagogi olahraga, sosiologi olahraga, fisiologi olahraga dan biomekanika olahraga.
3.      Materi pendidikan jasmani merupakan kajian terhadap gerak manusia yang dikemas dalam muatan esensial faktual, dan aktual. (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).
2.4   Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani.
Mengajar harus direncanakan untuk mempermudah proses belajar mengajar agar lebih bermakna. Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu adalah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya.
Guru juga harus menyadari bahwa tujuan mengajar adalah untuk membentuk kepribadian peserta didik dengan cara membekalinya dengan seperangkat materi pengajaran.
Menurut Conny Semiawan dkk, dalam perencanaan suatu pelajaran, seorang guru harus mempertimbangkan beberapa hal agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, antara lain :
1.      Siswa sebagai orang yang terlibat dalam situasi belajar mengajar.
2.      Waktu yang digunakan dalam pelajaran.
3.      Urutan materi yang akan dibahas.
4.      Rangkaian perkembangan proses berfikir dan keterampilan yang akan ditimbulkan oleh siswa.
5.      Alat peraga yang akan dipergunakan.
6.      Penilaian yang akan diberikan. (Conny Semiawan, 1990 : 35).
                 Dalam perencanaan pengajaran seorang guru harus menyusun rencana pengajaran dengan berpedoman pada kurikulum yang sedang berlaku. Dimana program tersebut terdiri dari program semester, analisis program mengajar, pembuatan satuan pengajaran, program tes sumatif dan formatif. (Ischaq Anwar, 1986 : 18).
2.5   Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan rancangan, keputusan dan sebagainya. (KBBI, 2001 : 627). Setelah rancangan dibuat, maka selanjutnya guru pendidikan jasmani tinggal melaksanakan program kegiatan yang telah disusun tersebut. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini guru melakukan pree test terlebih dahulu sebelum memasuki mata pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keterampilan siswa pada mata pelajaran pendidikan jasmani yang akan diberikan kepadanya. Setelah pree test, guru pendidikan jasmani akan memasuki pada kegiatan belajar mengajar olahraga. Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, maka diakhiri dengan melakukan post test. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menyerap materi yang diajarkan.

2.6     Evaluasi
Setiap guru harus dan wajib mengadakan evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk menginformasikan kepada lembaganya dan siswanya baik secara perorangan ataupun kelompok untuk mengetahui kemajuan, kekurangan atau kelemahan proses belajar mengajar, yang telah dilakukan oleh seorang guru.
Evaluasi merupakan bagian penting dalam pendidikan, terutama kaitannya dengan proses belajar mengajar untuk mengukur keberhasilan belajar. Adapun tujuan dari evaluasi diantaranya untuk :
1        Mengetahui status siswa.
2  Mengadakan seleksi.
3  Mengetahui prestasi siswa.
4  Mengetahui kelemahan dan kesulitan siswa.
5  Mengadakan pengelompokan.
6  Memberi motivasi siswa.
7  Penempatan siswa.
8  Memberikan data pada pihak tertentu.
Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran. (John M. E. Chools – Hasan Shodily, 1984 : 220). Berdasarkan uraian tersebut, yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu usaha untuk membandingkan suatu pengukuran itu terhadap bahan pembandingnya atau patokan tertentu.
Bentuk penghargaan evaluasi atau penilaian hasil belajar pada dasarnya ada dua jenis, yaitu :
a. Bentuk kuantitatif
b.Bentuk kualitatif
2.7         Kompetensi professional guru dalam proses pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus memiliki bermacam-macam kompetensi.Adapun kompetensi tersebut adalah :
2.7.1  Kompetensi professional guru
              Menurut Carles F. Jonhson dala Wina Sanjaya, kompetensi merupakan perilaku rasional guru guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.
              Sebagai suatu profesi, terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pribadi, kompetensi professional dan kompetensi sosial kemasyarakatan.
1.7.1.1  Kompetensi pribadi
            Guru sering dianggap sosok yang memiliki kepribadian yang ideal. Oleh sebab itu pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus di-gugu dan di-tiru). Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies) diantaranya  :
a.       Kemampuan yang berhububungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan dianutnya.
b.      Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar umat beragama.
c.       Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat.
d.      Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru.
e.       Bersikap demokratis dan terbuka terhadap perubahan dan kritik.



2.7.1.2  Kompetensi professional
              Kompetensi professional adalah kemampuan yang berhubungan dengan  penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini antara lain :
1.      Kemampuan untuk menguasai landasan pendidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.
2.      Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dan lain sebagainya.
3.      Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
4.      Kemampuan dalam mengaplikasikan metodologi dan strategi pembelajaran.
5.      Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
6.      Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
7.      Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.
8.      Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan.
9.      Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.
2.7.1.3  Kompetensi sosial kemasyarakatan
Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai mahkluk sosial, meliputi :
1.      Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional.
2.      Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.
3.      Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individu maupun secara kelompok.
2.7.2        Peranan guru dalam proses pembelajaran.
2.7.2.1  Guru sebagai fasilisator.
Peranan guru sebagai fasilisator perlu difahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran. Adapun pemahaman tersebut adalah :
1.      Guru perlu memahami berbagai jenis media dari sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman akan fungsi media sangan diperlukan, sebab belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajar semua bahan pengajaran. Setiap media memiliki karakteristik yang berbeda.
2.      Guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dengan perencanaan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran. Sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan optimal.
3.      Guru dituntut mampu mengoperasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. Perkembangan teknologi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi yang mutakhir. Berbagai perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap guru dapat menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok.
4.      Sebagai fasilisator, guru dituntut agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting., kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
2.7.2.2  Guru sebagai pengelola.
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manger), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
Dalam hubungannya dengan pengelolaan pembelajaran Alvin C. Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut :
1.      Segala sesuatu yang dipelajari oleh siswa, maka siswa harus menyelesaikan sendiri.
2.      Setiap siswa yang belajar mempunyai kecepatan masing-masing.
3.      Seorang siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
4.      Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
5.      Apabila siswa diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotifasi untuk belajar.
2.7.2.3  Guru sebagai demonstrator.
Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswanya. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Sebagai demonstrator dapat diartikan guru harus menjadi teladan yang baik bagi siswa.
2.7.2.4  Guru sebagai evaluator.
Beberapa hal yang cukup penting dalam melaksanakan fungsi evaluator bagi guru adalah  :
1.      Evaluasi harus dilaksanakan terhadap semua aspek perkembangan siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
2.      Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus.
3.      Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai instrument penilaian.
4.      Evaluasi harus dilaksanakan secara terbuka dengan melibatkan siswa sebagai evaluator.

Jumat, 23 Maret 2012

tenis lapangan

SEJARAH TENIS LAPANGAN
1. Pengertian Tenis Lapangan
Tenis lapangan adala permainan dengan menggunakan raket dan bola. Dalam olahraga yang juga disebut lawn tennis ini, raket dipukulkan bola sambut menyambut oleh seorang atau sepasang pemain yang saling berhadapan ke seberang jaring yang sengaja dipasang ditengah lapangan empat persegi panjang.
2. Sejarah Tenis Dunia
Semula sekitar abad 16 , tenis dimainkan di Itali, Perancis dan Inggris, ketika lapangan permainannya dibangun di balik dinding-dinding istana kerajaan. Permainan tenis modern diperkenalkan oleh Mayor Wingfield di Inggris pada tahun 1873 dan setahun kemudian oleh nona Cuterbridge di Amerika Serikat. Kejuaraan tenis pertama barlangsung di Wimbledon. Pertemuan tenis Amerika Serikat didirikan tahun 1881.
Pada tahun 1990 adalah saat bersejarah bagi tenis. Pada tahun itulah Dwight Devis bintang ganda Amerika Serikat menghadiahkan sebuah piala perak untuk diperebutkan dalam turnamen antar Negara, yang kemudian disebut “DEVIS CUP”. Dalam pertandingan internasional pertama antara Amerika Serikat dan Inggris, Amerika unggul : 3 – 0.
Kian populer dan majunya olahraga tenis, tak ayal telah mendorong didirikannya “Federation Internastionalde Lawn Tennis” (Federasi Tenis Internasional) pada Tahun
3. Sejarah tenis Indonesia
Besar kemungkinan orang Belandalah yang memperkenalkan tenis di Indonesia. Walaupun tidak mustakhil pula permainan ini dibawa oleh pelaut Inggris yang singgah di kota-kota besar kepulauan Nusantara. Sayang arsip-arsip berbagai perkumpulan milik warga Negara Belanda yang pernah berdiri di negeri ini telah hilang, sehingga kita tidak dapat melacak mana diantara kedua perkiraan itu yang lebih besar.
Pada saat itu hanya kaum bangsawan yang bisa memainkan tenis. Jumlah pemain pribumi mulai menibngkat pada tahun 1920-an seiring kian banyaknya murid-murid Indonesia memasuki sekolah-sekolah menengah para siswa stovia, Rechts School NIAS pada gilirannya olahraga itu dikenal secara luas.
Pada tahun 1934 diadakan semacam kejuaraan nasional yang diadakan oleh De Alegemeene Nederlandsche Lawn Bond (ANILTB) di Malang Jawa Timur dan tiga wakil pribumi mampu jaya. Pada partai tunggal putra Soemadi melawan Samboeja dimenangkan Samboeja. Ganda putra Hoerip bersaudara menggilas Bryan / Abdenanon 6-3, 6-4 dan ganda campuran Samboeja / Soelastri mendepak Bryan / Schermbeek 6-4, 6-2.
Pada tanggal 26 Desember 1935 di Semarang dicetuskan pembentukan Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PELTI). Bapak Budiyarto Martoatmodjo dianggap sebagai peletak dasar utama pendirian oeganisasi PELTI. Ketika menguraikan asas dan tujuan pendiriannya, ia mengatakan bahwa PELTI  sebagaimana organisasi kebanggaan lainnya, sama sekali tidak bersifat mengasingkan diri. Maka PELTI akan selalu siap bekerja sama dengan persatuan tenis manapun asal atas dasar saling menghargai.
Diungkapkan pula, tujuan praktis utama PELTI adalah mengembangkan dan memajukan lawn tenis di tanah air dan bagi bangsa sendiri. Dengan cara ini lebih jauh diharapkan akan dicapai tali persaudaraan yang erat diantara segala perhimpunan dan pemain tenis bangsa Indonesia. PELTI juga akan menyebarluaskan peraturan permainan, memberi keterangan dan bantuan dalam pembuatan lapangan tenis. Juga mengadakan dan mengatur serta menyumbang bagi pelaksanaannya pertandingan, disamping berusaha memasyarakatkan tenis itu sendiri.

FASILITAS DAN PERALATAN TENIS LAPANGAN

Tenis lapangan merupakan olahraga permainan yang tergolong dalam kelompok permainana bola kecil. Dalam permainan tenis lapangan masalah lapangan dan perlengkapan lain merupakan kebutuhan primer.

Lapangan.
Dalam pertandingan resmi dibagi dalam 3 (tiga) permukaan :
1.      Jenis permukaan rumput (Grass Court)
2.      Jenis permukaan keras (Hard Court)
3.      Jenis permukaan tanah liat (Gravel)

Dalam segi bangunan dibagi 2 (dua) situasi :
1.      Lapangan dengan situasi terbuka
2.      Lapangan dalam situasi tertutup
Penggunaan lapangan tenis lapangan :
1.      Untuk rekreasi / olahraga rekreasi kesehatan, pembinaan prestasi
2.      Tournament Amatir dan Profesional.

Syarat-syarat Pembuatan Lapangan Tournament
Untuk kelancaran dari suatu tournament baik nacional maupun internacional perencanaan tempat yang digubnakan harus memenuhi syarat yang sesuai dengan peraturan, menyangkut masalah :
·         Masalah tanah (bangunan)
·         Bebas dari polusi udara dari lingkungan kotor
·         Mudah dicapai transportasi
·         Dekat dengan penginapan
·         Mudah airnya dan ada listrik dan telepon
·         Tidak dekat dengan perumahan penduduk dan ada tempat parkir
·         Lapangan dibuat minimal 6 dan salah satu lapangan digunakan untuk centre court
·         Ruang ganti/kamar mandi/wc/ruang istirahat pemain



















 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ukuran lapangan
Untuk permainan tunggal (single) :
a. Penjang        =  23,77 m
b. Lebar           =  8,23 m
      -     Untuk permainan ganda (double) :
            a. Panjang        =  23,77 m
            b. Lebar           =  10,97 
 Peralatan
1. Net
Tinggi jala ditengah-tengah 910 mm. Tinggi jala akan selalu tetap karena ditengah jala        terdapat sehelai pita sebagai penarik yang terikat dengan alat petak/lapangan. Pita jala terbuat dari kabel logam, dan jala bagian atas tertutup dengan sehelai pita yang memanjang. Pita berwarna putih dengan ukuran lebar 51-63,5 mm
·         Tiang jala terbuat dari kayu atau besi yang terpancang kuat pada dasar lapangan, dengan jarak 914 mm dari garis samping. Tinggi tiang jala 1,070 mm.
·         Pita penarik jala/Net dipergunakan untuk menarik /menahan jala, supaya tinggi jala selalu tetap. Lebar pita penarik jala maksimal 51 mm.




2. Bola
·         Permukaan bola harus licin dan tidak terdapat jahitan
·         Garis tengah penampang : 63,50 mm - 66,77 mm
·         Berat bola : 56,70 gram - 58,48 gram
·         Mempunyai kekuatan membalik 1.346 – 1.473 mm jika dijatuhkan diatas lantai dari ketinggian 2.450 mm.

3. Raket
Besar gagang raket yang berbentuk segi delapan biasanya tergantung pada ukuran tangan dan jari kita.
Ukuran stรกndar gagang bermacam-macam, dalam perbedaan  1⁄8 inci dari 4 sampai 4 7/8 yaitu:
4,4 1∕8,4 1∕4,4 3∕8,4 1∕2, dan sebagainya.
Sedangkan raket yang pantas beratnya menurut selera dan rasa pribadi, namun ukuran dibawah ini dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam memilih raket :
-          Untuk anak-anak 12 – 13 oz                            =  ± 350 gram
-          Untuk remaja putrid 12 1∕2 – 13 1∕4 oz            =  ± 360 gram
-          Untuk remaja pria 13 – 13 1∕4 oz                     =  ± 397 gram
-          Untuk wanita 13 1∕4 – 13 3∕4 oz                      =  ± 398 gram
-          Untuk pria 13 3∕4 – 14 3∕4 oz                           =  ± 420 gram
Ada bermacam-macam pembungkus gagang raket yang lazim disebut grip, ini tergantung pada selera pribadi, namun dianjurkan grip yang terbuat dari kulit yang berlubang-lubang sehingga dapat menyerap keringat.

4. Pekaian
Pemain harus berpakaian pantas, bersih dan rapi.
Untuk pemain putra :
-          Kemeja kaos oblong (T-shirt) putih atau kaos pakai krah
-          Celana pendek/celana olahraga
-          Sepatu olahraga atau sepatu kanvas dengan telapak rata tanpa tumit berwarna putih
Untuk pemain putri :
-          Rok yang berlipat-lipat kecil (pleated/plisket) warna putih.
-          Kaos (T-shirt) warna putih
-          Celana pendek kombinasi blus juga baik
-          Sepatu olahraga putih dan kaos kaki putih
PERATURAN PERMAINAN TENIS

1. Sistem Permainan
1.1 Untuk Persahabatan dan Kejuaraan Lokal
a. Best of fifteen games
Siapa yang menang 8 games lebih dulu dinyatakan menang, system ini disebut juga Eight Winning games.
b. Est of three dengan short-sets
Sebanyak-banyaknya 3 set, dimana setiap setnya hanya mencapai 6 game
c. Best of three dengan short-sets-long
Sebanyak-banyaknya set ke-1 dan ke-2 mencapai 6 games, sedang set ke-3 mencapai 8 atau 10 games (selisih 2 nilai)
1.2 Kejuaraan Internasional
a. Best of three dengan long set (berlaku untuk partai wanita dan ganda campuran)
b. Best of five dengan long set (berlaku untuk partai pria), artinya a dan b adalah sebanyak-banyaknya 3 atau 5 set dan tiap-tiap set bila terjadi games 5 – 5 harus diteruskan mencapai 7, sedang bila 6 – 6 dalam tiap set diadakan tie breaker.
c. Kejuaraan Devis Cup
     Best of three dengan long set, khusus untuk partai pria.
2. Peraturan Permainan
2.1 Toss
a. Pemain yang menang toss pada permulaan permainan, boleh memilih bola atau tempat lebih dulu.
b. Selanjutnya pemain yang melakukan serve disebut server, sedang yang menerima disebut receiver.
2.2 Sevice yang betul
a. Sebelum melakukan serve, kedua kaki harus berdiri dibelakang base line antara center mark dan side line.
b. Bola boleh dilambungkan kemana saja oleh server dan sebelum jatuh di lapangan, bola sudah dipukul.
c. Service dianggap selesai bila bola sudah disentuh dengan raket.
d. Selama melakukan service harus berdiri dibelakang bagian kanan/kiri dari lapangan. Dan tiap-tiap game dimulai dari sebelah kanan.
e. Bola service harus melalui net dan jatuh dalam service/recoving court pihak lawan secara diagonal.
f. Service dapat dilaksanakan, bila receiver sudah dalam keadaan siap. Dan jika service dilakukan tetapi receiver belum siap maka diulang.
2.3 Service Dinyatakan Salah (Foult)
a. Posisi kaki dari serve tidak memenuhi ketentuan tersebut, sehingga kaki menyentuh base line. Pelanggaran semacam itu disebut foot foult.
b. Tidak boleh mengubah tempatnya dengan berjalan atau lari.
c. Bola service sebelum jatuh di lapangan, menyentuh permanent fixture (kecuali net dan strap)
d. Dalam usahanya service raket tidak mengenai bola.
2.4 Service Harus Diulang (Let)
a. Bila bola service menyentuh net dan seterusnya masuk ke dalam service court pihak lawan yang benar.
b. Bila bola service menyentuh net, kemudian langsung mengenai receiver atau benda yang dipakainya sebelum bola jatuh di lapangan.
c. Bila receiver belum siap menerima service, tetapi bola service sudah dating.
2.5 Bola Dalam Keadaan In Play
Bola dalam keadaan in play bila sudah dilakukan service sampai tercapai nilai, kecuali ada pernyataan foult atau let dari umpire.
2.6 Bola Dimainkan Dengan Baik
a. Bola jatuh diatas garis, sesuai dengan batas lapangan permainannya dan hal ini dianggap in side.
b. Bola menyentuh net, tiang net, kabel, asal dapat melewatinya kemudian jatuh didalam lapangan yang benar.
c. Bola dipukul dari luar tiang net, kemudian bolanya menyentuh tiang dan masuk ke dalam lapangan.
d. Setelah memukul bola, raket pemain melewati net, dengan ketentuan bahwa waktu memukul bola sedah berada diatas lapangan sendiri.
e. Pemain berhasil mengembalikan bola, meskipun bola itu menyentuh benda lain di lapangan.
f.  Bola jatuh dalam lapangan yang benar, tetapi memantul kembali.
3. Peraturan Tempat, Istirahat, dan Jumlah Set.
3.1 Pada akhir tiap game selalu ganti service (pindah bola) dan pada tiap akhir games yang ganjil diadakan pertukaran tempat.
3.2 Jumlah set dalam satu pertandingan maksimal 5 atau untuk partai wanita maksimal 3.
3.3 {armainan harus berlangsung terus sejak service pertama sampai pertandingan berakhir, dengan ketentuan sesudah set ke-3 boleh istirahat maksimal 10 menit.
3.4 Service pertama pada permulaan set ke-2 atau ke-3 dilakukan sesuai dengan giliran sejak games ke-1 dan seterusnya sampai selesai, setiap kali terjadi game harus diadakan ganri service/pindah bola.
4. Nilai
4.1 Nilai permulaan dinyatakan dengan angka 0
Nilai ke-1 dinyatakan dengan angka 15
Nilai ke-2 dinyatakan dengan angka 30
Nilai ke-2 dinyatakan dengan angka 40
Nilai ke-4 berarti games
4.2 Pada kedudukan 40 – 40 atau forty all dianggap deuce, kemudian permainan diteruskan sampai selisih dua nilai. Dinyatakan advantage bila salah satu pemain mendapat satu nilai lagi setelah deuce.
4.3 Bila setelah deuce, server mendapat nilai disebut adserver/strike atau one in. Sedangkan bila receiver yang mendapat nilai disebut adreceiver atau one out.
4.4 Pemain kehilangan nilai :
a. Bila ia tidak dapat memukul kembali bola sebelum bola itu jatuh untuk yang kedua kalinya di lapangan.
b. Memukul bola, tetapi bola jatuh di lapangan sendiri atau mengenai permanent fixture.
c. Bola dipukul menyentuh raket lebih dari satu kali.
d. Tangan, badan, atau raket menyentuh net, tiang net, kabel, strap selama bola masih in play.
e. Men-volly bola yang belum melewati net.
f. Bola menyentuh badan sendiri.
g. Melemparkan raket ke bola.
5. Service Memperoleh Nilai
5.1 Bila bola yang tidak dinyatakan let menyentuh receiver termasuk benda yang dipakainya, sebelum bola jatuh di lapangan.
5.2 Jika receiver kehilangan nilai.
6. Receiver Memperoleh Nilai
6.1 Bila server dua kali berturut-turut membuat kesalahan.
6.2 Jika server kehilangan nilai.
7. Permainan Double
7.1 Ketentuan-ketentuan tersebut diatas berlaku pula untuk permainan double/ganda, hanya lapangan permainan double/ganda lebih besar 4 1∕2 feet pada sisi dibandingkan dengan permainan single.
7.2 Urutan pemain yang melakukan service maupun yang menerima service pada permulaan tiap set pada permainan double/ganda harus telah ditetapkan.
7.3 Service dinyatakan salah, bila bola menyentuh partner dari server. Tetapi bila bola menyentuh partner dari receiver sebelum jatuh di tanah/lapangan, maka server mendapat tambahan nilai.
7.4 Bola hanya boleh dipukul oleh salah seorang dari tiap pasangan. Dan jika kawannya menyentuh bola yang masih in play baik dengan raket maupun dengan anggota badannya, maka pihak lawan mendapat nilai.
PUKULAN-PUKULAN DALAM PERMAINAN TENIS

Dalam permainan tenis, agar dapat menyuguhkan satu bentuk permainan yang bermutu, kita harus menguasai tentang berbagai macam pukulan.
Khusus bagi para pemula, beberapa macam pukulan harus dikuasainya, di antaranya adalah :
1.      Serve
2.      Drive
3.      Volley
4.      Lob
5.      Smash
6.      Drop
7.      Slice Shot
8.      Chop Shot
1. Serve
Service adalah pelayanan, sajian pukulan pertama untuk memulai pertandingan. Pukulan ini merupakan satu-satunya pukulan yang menentukan, dimana pemain seluruhnya akan menerima bola, atau pemain akan kehilangan haknya dalam mengolah bola, jika service gagal. Oleh karena itu, service dikatakan pula sebagai modal bagi pemain, jika service berhasil, server tetap akan menguasai bola dan akan dapat nilai, tetapi bila servicenya gagal, server akan kehilangan haknya untuk menguasai bola, berarti server akan berpindah ke pihak lawan.
Ada tiga jenis utama dalam melakukan service :
1.1 Slice
1.2 American Twist
1.3 Flat Serve atau Cannon Ball
Ketiganya mempunyai dasar yang sama mengenai cara memegang raket, sikap dan penyampaian bola, namun mempunyai perbedaan dalam cara kepala raket menyentuh bola dan proses lanjutannya.

Dasar pukulan service
a. Sikap berdiri
Sikap berdiri yang baik untuk melakukan service, adalah kaki kiri dengan sudut 45ยบ dengan base line, kaki kanan sejajar dengan garis tersebut. Kaki kiri berada 5 atau 7 1∕2 cm di belakang base line untuk mencegah terjadinya foot foult dan kaki kanan 25 – 45 cm di belakang kaki kiri. Berat badan diantara kedua kaki. Posisi raket harus dipegang di depan kearah net, pergelangan setinggi dada dan muka raket setinggi wajah/kepala. Tangan kiri memegang bola rileks.
b. Lambungan bola
Untuk melakukan service bola dilambungkan ke atas. Lambungan harus pada tempat yang sama dan ketinggian yang sama serta diiringi ayunan raket. Kebiasaan memegang tiga bola sekaligus dengan cara bola kedua dipegang dengan jari manis dan kelingking dengan telapak tangan, bola ketiga dengan telunjuk, jari tengah dan ibu jari.

c. Ayunan
Dari sikap siap, ayunan lengan kiri ke bawah  paha kiri sekaligus, hingga kepala raket dekat badan. Pada waktu raket melewati kaki kanan , pindahkan berat badan ke kaki kanan dan angkat tumit kaki kiri dan lutut sedikit ditekuk. Raket bergerak kebelakang atas membentuk lingkaran sampai  sampai kepala raket setinggi bahu dan siku membentuk 45ยบ. Pada waktu bola melambung keatas, pergelangan dan siku diayunkan ke atas sehingga lurus di atas kepala membentuk garis lurus dengan raket. Bola di pukul dengan sedikit berjingkat. Alihkan kerat badan kedepan dan pakailah otot-otot bahu dan pungung untuk melakukan pukulan.
1.1 Slice
Cara melakukan :
-    Raket menyentuh bola pada sebelah kanan atas bola, dan bola dipukul dengan raket dari kanan ke kiri.
-    Raket dilecutkan dengan keras dari pergelangan.
-    Hasil pukulan bola melengkung ke kiri pada waktu bola melayang.
-    Dalam melakukan pukulan slice, raket sedikit diputar saat mengayun, sehingga bingkai raket turun secara diagonal dengan garis pinggir.

1.2 American Twist Service
Cara melakukan :
-    Pegangan raket sama dengan pukulan backhand
-    Lambungan bola sedikit ke belakang sisi kiri. Sehingga pukulan tepat di atas kepala.
-    Pada saat pukulan, bola harus mengena bagian belakang dengan sedikit slice  dari kiri ke kanan.

1.3 Flat atau Cannon Ball Service
Yang dimaksud flat atau cannon ball service adalah pukulan permulaan yang sangat keras. Perbedaan antara slice dan flat hanyalah pada saat pukulan, pergelangan pada gerak akhir diputar sedikit. Bola dipukul dengan bagian muka raket pada bagian atas bola, dan bila dilakukan dengan tepat akan menghasilkan sedikit spin (putaran) bola.

2. Drive
2.1 Forehand drive
Forehand drive adalah pukulan keras yang dilakukan dari sebelah kanan badan pemain. Ada tiga cara genggaman forehand drive :
1)      Eastern forehand.
Telapak tangan berada pada bagian belakang gagang.

2)   Continental Forehand
Telapak tangan berada sedikit diatas bawah gagang dan gagang diputar sekitar seperdelapan putaran.

3)   Western Forehand
Telapak tangan berada di bawah gagang. Letakkan raket tertelungkup, kemudian pungut dengan cara continental.

Ada lima macam gerak dasar forehand :
a. Cara berdiri.
Badan menghadap ke net sepenuhnya dengan kaki kangkang santai, berat badan ditengah kedua kaki.
b. Ayunan belakang
Sambil berdiri dengan berputar, mulai ayunan belakang dengan gerakan rata, lurus ke belakang dan horizontal dari tangan kanan kemudian pindahkan berat badab ke kaki belakang.
c. Ayunan depan
Kepala raket harus sedikit diatas pergelangan dan sedikit di bawah tinggi bola sesudah melambung, hingga ayunan depan akan sedikit bergerak baik ke atas ataupun ke bawah. Gerakan ini akan mengakibatkan terjadi top spin.
d. Saat pukulan
     Pada saat raket mengayun ke depan memjemput bola, kepala raket harus berada pada ketinggian bola dan rata serta datar pada saat bola membentur senar raket. Pegangan harus kuat. Pada saat perkenaan putaran sedikit dari tangan ke atas, bukan dari pergelangan , hal ini akan memberikan top spin pada bola.
e. Gerak lanjut
     Saat selesai melakukan pukulan, gerakan dilanjutkan dengan memindah berat badab ke depan atau ke arah bola. Keseimbangan di jaga dengan kaki kanan, lengan kiri dan dengan mengangkat tumit sedikit dari tanah.

2.2 Backhand drive
Backhand drive adalah pukulan dari sebelah kiri badan pemain (dari sebelah kanan bila kidal). Hampir semua pukulan backhand memakai pengangan eastern.
Ada lima macam gerak dasar backhand :
a. Sikap
Badan menghadap ke net sepenuhnya dengan kaki kangkang santai, berat badan ditengah kedua kaki.
b. Ayunan kebelakang
Raket diayun kebelakang kiri setinggi pinggul. Badan berputar jauh kekiri , seakan-akan punggung hampir setengah putaran dari net.
c. Ayunan ke muka
Lepaskan tangan kiri dari kepala raket, kemudian ayunkan lengan dan raket  ke arah net dengan gerak mendatar sejajar dengan bola yang datang atau sedikit di bawahnya.
d. Saat benturan
Bola yang datang harus kena tepat pada titik jarak 10 – 15 inci di muka pinggul kanan, dan pinggul tidak ditarik ke belakang.Saat perkenaan dengan bola ayunan harus cepat dan tepat dengan badan berputar ke bola, dengan cara memutarkan bahu seluruhnya ke kiri. Berat badan di kaki kanan, lutut kanan ditekuk dan kaki kiri sedikit diturunkan dan berputar ke dalam.
e. Gerak lanjut
Sesudah bola terpukul, raket dan badan harus terus mengikuti jalannya bola.

3. Volley
Volley adalah pukulan sebelum bola menyentuh lantai.
3.1 Forehand volley
Bola hanya didorong dan kepala raket sedikit ditarik ke belakang dengan siku sedikit ditekuk, kepala raket tidak boleh dibawah pergelangan, ayunan kebelakang tidak boleh melebihi bahu kanan dan pegangan raket kuat.

3.2 Backhand volley
Posisi bahu kanan mengarah ke net, kepala raket jangan lebih ke belakang dari bahu kiri. Siku kanan setinggi bahu, kepala raket harus tinggi pukulan kedepan agak sedikit ke bawah. Pergelangan harus kuat dan berat badan pindah ke kaki kanan.

4. Lob
Lob adalah pukulan melengkung ke atas dan bola jatuh di bagian belakang bidang permainan, dan bola melewati kepala lawan, jika dia bermain dekat net.
Ada dua macam lob :
a. Lob rendah (low lob)
Dilakukan bila lawan berada di dekat net dan bola dilambungkan tinggi, sehingga lawan tidak dapat menjangkau.
b. Lob tinggi (high lob)
Lob ini dilakukan untuk memperpanjang waktu agar bisa memperbaiki posisi.
4.1 Forehand lob
Gerakan sama dengan forehand hanya perkenaan bola ke atas depan. Pukulan dengan lunak dan gerakan lanjutan ke atas.

4.2 Backhand lob
Gerakan sama dengan backhand. Pada saat perkenaan anggkat sedikit bola, ayunan raket harus terus menuju arah bola  dan mata harus selalu mengikuti bola selama melakukan pukulan.
 
4.3 Lob volley
Lob volley dilakukan jika anda tergeser dari posisi dalam volley, dan lawan berada dekat net. Lob volley bisa dilakukan dengan forehand maupun backhand. Perbedaan hanya saat memukul bola tanpa menyentuh tanah terlebih dahulu.
5. Smash
Cara melakukan smash sama dengan service. Raihlah bola dalam titik tertinggi, bisa juga dengan sedikit lompatan.

6. Drop Shot dan Stop Volley
6.1 Drop shot
Drop shot adalah pukulan ground stroke yang dipukul secara forehand atau backhand di mana bola jatuh hanya sedikit saja melewati net.

 Cara melakukan dengan pegangan raket sedikit longgar dan gerak kedepannya adalah akibat dari gerak pergelangan tangan. Muka raket harus dibuka dengan sudut 45ยบ atau lebih dari vertical. Raket digerakkan ke bawah dank e depan yang sama, dan gerak lanjut dalam pukulan ini tidak diperlukan. Persiapan untuk drop shot harus diawali seperti halnya forehand dtau backhand.